Laman

Sabtu, 29 Oktober 2011


ASI untuk Otak, Susu Sapi untuk Otot
Vera Farah Bararah - detikHealth


 
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Saat ini masih sedikit bayi yang bisa mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, beberapa bayi justru diberikan susu formula yang terbuat dari susu sapi. Padahal ASI itu untuk otak sedangkan susu sapi untuk otot.

Kandungan dari susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Pada susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi yaitu 3,4 persen, sedangkan susu manusia hanya 0,9 persen. Kadar laktosa di dalam susu manusia lebih besar yaitu 7 persen sedangkan di dalam susu sapi sebesar 4,8 persen.

"Karena itu ASI untuk otak dan susu formula untuk otot," ujar dr IGAN Pratiwi selaku Ketua Satgas ASI IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam acara seminar tentang Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi dalam Mendukung MDGs di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (29/3/2011).

Dokter yang akrab disapa Tiwi ini menuturkan laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin ini berfungsi untuk mengantarkan rangsangan yang diterima oleh bayi. Saat menyusu rangsangan yang diterima oleh si kecil seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang ibu.

Sedangkan pada susu sapi kandungan yang paling tingginya adalah protein yang berfungsi membantu pembentukan otot karena sapi memang membutuhkan otot yang kuat seperti untuk bergerak atau membajak sawah.

dr Tiwi menuturkan laktosa yang tinggi pada bayi yang baru lahir kadang bisa menyebabkan diare, tapi kondisi ini merupakan suatu hal yang normal atau fisiologis sehingga ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI.

"Jika diare disebabkan oleh fisiologis, maka berat badannya tidak akan turun. Jadi selama berat badannya tidak berkurang, ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI dan normalnya bayi bisa buang air besar sebanyak 10-15 kali sehari," ungkapnya.

Selain itu AA dan DHA yang terkandung di dalam ASI juga dilengkapi dengan enzim lipase sehingga bisa dicerna oleh tubuh bayi, sedangkan pada susu formula memang ada AA dan DHA tapi tidak ada enzimnya. Hal ini karena enzim lipase baru dibentuk saat bayi berusia 6-9 bulan.

Manfaat lain dari ASI yang tidak didapatkan dari susu formula adalah kandungan kolostrum yang keluar di awal-awal menyusu. Kolostrum yang keluar saat bayi menyusu mengandung 1-3 juta leukosit (sel darah putih) dalam 1 ml ASI.

"Jadi kalau ada yang bening-bening sedikit yang keluar dari payudara jangan diremehkan, karena itu mengandung leukosit yang bisa bermanfaat membunuh bakteri di dalam tubuh bayi," ujar dokter yang berpraktek di RS Buda Jakarta.

Ia juga mengatakan keberhasilan ibu menyusui untuk terus memberikan ASI pada bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerjanya.

"Menyusui merupakan suatu proses keseimbangan yang melibatkan tiga orang yaitu ibu, bayi dan ayahnya. Karena itu peran ayah sangat berarti dalam hal keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau sampai 2 tahun," ujar dr Utami Roesli SpA, MBA, IBCLC.

Karena itu dr Utami menuturkan bahwa seorang ayah juga punya power (kekuatan) untuk menyehatkan anaknya dan berperan dalam proses menyusui (
breastfeeding father).

(
ver/ir) 

Rabu, 16 Maret 2011

Trik Agar si Kecil Mau Makan dan Punya Berat Badan Normal


img
Setiap orangtua ingin anaknya memiliki berat badan normal. Tapi keinginan ini kadang tidak terpenuhi karena si kecil susah untuk makan. Bagaimana cara agar si kecil mau makan dan memiliki berat badan normal?


Berat badan yang normal untuk anak-anak dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk riwayat prenatal, kelahiran, genetik, etnis, pola makan, tinggi badan, kesehatan secara umum dan perkembangannya.

Bila si kecil memiliki berat badan di bawah normal atau kurus, maka orangtua sebaiknya memeriksakan anak ke dokter untuk mengetahui apakah ada masalah dengan kesehatannya atau tidak.

Jika si kecil baik-baik saja, maka dokter anak Dr Jennifer Shu memberikan beberapa trik untuk mendorong anak agar mau makan dan meningkatkan berat badannya, seperti dikutip dari CNN, Rabu (16/3/2011) yaitu:

Orangtua sebaiknya memberikan asupan makanan sehat
Anak-anak yang makan dalam jumlah relatif kecil bisa mengoptimalkan asupan gizinya jika diberikan makanan yang kaya nutrisi dan frekuensinya sering. Bila memungkinkan berikan si kecil buah-buahan, sayuran, biji-bijian, produk susu serta membatasi makanan yang tinggi lemak dan gula.

Pastikan anak tidak mengemil sebelum waktu makan
Jika anak mengemil sesaat sebelum makan akan membuatnya kenyang sehingga hanya sedikit makanan yang dikonsumsi. Berilah cemilan setidaknya 2 jam sebelum makan besar, bisa berupa jus buah, yogurt atau puding.

Memberikan suplemen multivitamin

Memberikan tambahan suplemen multivitamin bisa membantu anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya sampai ia memiliki pola makan yang baik. Sebaiknya orangtua menanyakan ke dokter terlebih dahulu untuk mengetahui multivitamin apa yang penting untuk anak.

Memonitor pola makan anak selama seminggu
Orangtua dapat memonitor pola makan anak selama seminggu untuk mengetahui makanan apa yang dikonsumsi dan yang tidak. Hal ini memungkinkan orangtua untuk memberikan variasi makanan dan tahu nutrisi apa yang kurang pada anak.

Berikan waktu makan yang konsisten dan bebas dari gangguan
Makan bersama dengan keluarga atau teman-temannya akan membuat si kecil lebih nafsu untuk makan. Selain itu orangtua sebaiknya konsisten dalam memberikan waktu makan untuk anak sehingga ia tahu kapan waktunya makan dan kapan bermain.

Jangan memaksa atau memberi hukuman jika si kecil tidak mau makan
Jika si kecil tidak mau makan atau hanya makan sedikit, orangtua jangan memaksa atau memarahinya karena akan menimbulkan trauma tersendiri bagi anak. Cobalah membuat suasana makan yang menyenangkan dan membuat makanan agar bentuknya menarik serta mudah diambil oleh anak.

Memberikan variasi menu makanan

Jangan terlalu cepat mengganti menu makanan atau terlalu lama memberikan menu makanan yang sama. Serta buatlah suasana nyaman saat anak makan, dan tak ada salahnya untuk memberi pujian bila anak menyelesaikan makanannya.

(Sumber: Detik Health)